Written by Super User on . Hits: 72

     

SURAT UNTUK MUQAUQIS

(Drs. H. Ahmad Fanani, M.H.)

       

 

Balikpapan | 17 April 2025

Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan dakwah kepada manusia dengan berbagai cara. Beliau tidak pernah berputus asa mengajak orang lain ke jalan yang benar. Dakwah beliau dengan perbuatan, ucapan dan tulisan. Setiap perbuatan Nabi menjadi contoh bagi orang lain untuk turut serta melaksanakannya. Umat meyakini kalau perbuatan Nabi sebagai pengajaran secara langsung. Dalam bentuk ucapan, tutur kata belau berupa mutiara yang mengajarkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Beliau tidak pernah bertutur yang sia-sia melainkan berisi tentang wahyu kebenaran dari Tuhan.

 

Mengenai ajakan beliau dengan tulisan juga ada. Walaupun beliau terkenal ummi, tidak pandai baca tulis, tetapi ada dakwah beliau melalui tulisan. Adapun terhadap kondisi beliau yang ummi tersebut, di situ terkandung hikmah Allah untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an dari tuduhan kalau Al-Qur’an sebagai tulisan atau karangan pribadi Muhammad. Berkaitan dakwah dengan tulisan, beliau mempunyai juru tulis yang siap menuliskan kata-kata beliau. Sejarah mencatat bahwa beliau sering berkirim surat kepada para pembesar untuk mengenalkan Islam.

 

Salah satunya surat untuk Muqauqis. Dulu waktu sekolah di Pondok Pesantren pernah mengikuti mata pelajaran Mahfuzhat. Pelajaran itu berisi kata-kata mutiara hikmah untuk menjadi bahan hafalan. Mengajarkan berupa untaian pepatah Arab yang menjadi acuan dalam kehidupan. Mengajarkan kata-kata bijak dari para pemuka terdahulu dari kalangan ulama, tabi’in, sahabat dan bahkan dari Nabi sendiri. Ungkapan kata dalam pelajaran tersebut mengandung makna yang mendalam. Termasuk teks surat Nabi Muhammad SAW kepada Muqauqis.

 

Muqauqis pada zamannya bukan sembarang orang, tetapi orang yang paling disegani rakyatnya. Dia seorang pembesar, Raja Qibthi (Kopti) Mesir. Seorang penguasa Mesir di Ibu Kota Iskandariyah. Kata muqauqis dari bahasa Qibthi, “Pkauchios”, kemudian orang Arab mengejanya menjadi muqauqis. Dengan demikian sasaran dakwah Islam dari kelas bawah, menengah dan juga kelas atas. Islam adalah milik semua orang. Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk semua manusia, memberi kabar gembira dan mengingatkan akan datangnya siksa bagi yang tidak percaya.

 

Surat untuk Muqauqis, aslinya dari Nabi berbahasa Arab. Dikemukakan di sini terjemahan surat tersebut sebagai berikut : Bismillahirrahmanirrahim, Dari Muhammad Abdullah dan utusan-Nya kepada Muqauqis Pembesar Agung Al-Qibthi. Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba’du. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, kalau tuan masuk Islam maka Allah akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat. Kalau menolak tuan akan memikul dosa seluruh penduduk Qibthi. “Katakanlah, Hai Ahli kitab. Marilah kita sama-sama berpegang kepada perkataan yang tidak ada perbedaan di antara kita yaitu : Kita tidak menyembah selain Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dan tidak mengangkat sebagian dari kita menjadi Tuhan bagi yang lainnya. Apabila mereka berpaling maka kamu katakanlah kepada mereka; Saksikanlah olehmu bahwa kami adalah orang Islam”. (Ali Imran: 64).

 

Setelah menerima surat Nabi itu, Muqauqis memberikan respon positif. Prof. H.M. Toha Yahya Omar, MA., dalam bukunya “Islam & Dakwah” menjelaskan reaksi dari Muqauqis. Bahwa yang mengantar surat itu bernama Hatib. Setelah Muqauqis membaca surat tersebut, ia mengemukakan beberapa pertanyaan kepada Hatib. Antara lain; “Kalau Muhammad itu Nabi, mengapa ia ditentang oleh kaumnya dan terpaksa ke luar negeri lain?”. Hatib menjawab; “Bukankah tuan mengetahui, bahwa Isa bin Maryam itu Rasul Allah, tetapi mengapa kaumnya menyiksanya?”.

 

Muqauqis bertanya lagi; “Kalau ia Nabi, mengapa tidak dido’akannya saja agar saya binasa?”. Hatib menjawab; “Sebelum tuan, sudah ada seseorang yang mengaku menjadi Tuhan, maksudnya Fir’aun. Dia disiksa di dunia ini dan di akhirat. Hatib kemudian menyarankan kepada Muqauqis. Lebih baik tuan mengambil contoh dan pelajaran dari penderitaan orang lain, daripada orang lain yang mengambil contoh dari penderitaan tuan. Dialog berlangsung hangat antara utusan Nabi pembawa surat bernama Hatib dengan Muqauqis Raja Kaum Kopti.

 

Setelah puas berdialog dan mendepatkan beberapa penjelasan yang diperlukannya dari pembawa surat, akhirnya Muqauqis berkata dengan jujur. “Saya pun tahu bahwa ada lagi Nabi yang akan datang sesudah Isa. Hanya saya mengira keluarnya dari negeri Syam tempat nabi-nabi sebelumnya datang. Tetapi sekarang ia timbul dari tanah Arab yang miskin dan tandus itu. Tanda kenabian saya lihat ada padanya, cuma orang-orang Kopti tidak sependapat dengan saya. Karena itu saya akan mempertimbangkannya lebih lanjut”.

 

Kemudian dia memanggil juru tulis bahasa Arab dan diapun membalas surat Nabi yang terjemahannya sebagai berikut : “Bismillahirrahmanirrahim, Kepada Muhammad bin Abdullah, dari Muqauqis pemimpin Qibthi. Kesejahteraan bagi tuan. Amma Ba’du. Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan. Saya sudah tahu bahwa ada seorang Nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya dia akan muncul dari Syam. Saya hormati utusan tuan dan kini saya kirimkan dua perempuan yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat Qibthi, dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula seekor baghal serta keledai dan kuda agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan”.

 

Surat Nabi mendapat tanggapan dan balasan positif dari Muqauqis. Malah dia membalas surat beserta mengirimkan hadiah untuk Nabi. Dari riwayat pengiriman surat sampai ke tangan Muqauqis, dia menerima dengan lapang. Semula memang timbul keraguan mengenai kebenaran Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Pengetahuannya sebatas bahwa masih ada Nabi sesudah Nabi Isa. Hanya perkiraannya Nabi itu terlahir dari bangsa Syam ternyata dari bangsa Arab. Setelah melewati dialog dengan pembawa surat, Muqauqis bisa memahaminya. Muhammad adalah seorang utusan Allah pembawa risalah untuk menyelamatkan manusia dari dunia hingga akhirat.

 

Keterangan lain menjelaskan, dua perempuan yang dikirim Muqauqis adalah Maria dan Shirin. Nabi mengambil Maria menjadi isterinya. Sedangkan Shirin menikah dengan Hasan bin Tsabit Al-Anshari. Dari perkawinan dengan Maria, Nabi mendapat anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Akan tetapi ketika berumur dua tahun, anak itu sakit dan meninggal dunia. Nama Maria dari kata Mar’ah Al-Qibthiyah, artinya perempuan dari Qibthi (Mesir). Dari kata itu kemudian populer penyebutannya Mariyah Qibthiyah atau Mariyatul Qibthiyah. Bangsa Qibthiyah (Kopti) adalah pemeluk Kristen setelah masuknya orang Romawi dari Bizantium.

 

Surat Nabi Muhammad ditujukan kepada Muqauqis mendapat sambutan hangat. Muqauqis mengakui kenabian Muhammad dan memberikan tanggapan positif. Menyampaikan dakwah kebenaran Islam kepada manusia adalah kewajiban umat Islam. Intinya agar manusia tidak menyembah Tuhan selain Allah, tidak menyekutukan-Nya dan tidak menjadikan makhluk sebagai Tuhan. Jika ada hidayahnya ajakan itu mendapat sambutan hangat, Jika tidak, itu haknya dan kita tidak memaksa, cukup kita bersaksi bahwa kita adalah orang Islam.

 

(AF17/04/2025BPP)

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Balikpapan

Jalan Kol. H. Syarifuddin Yoes No.1
Kel. Sepinggan Baru
Kec. Balikpapan Selatan
Kota Balikpapan - 76114
Provinsi Kalimantan Timur
Telp: 0542 - 7219469
Fax: 0542 - 7219469
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

lokasi Peta Kantor

© Copyright : Tim IT Pengadilan Agama Balikpapan | 2023