MENINGGAL KARENA GIGITAN NYAMUK
(Drs. H. Ahmad Fanani, M.H.)
Balikpapan | 10 Agustus 2024
Tidak ada manusia di dunia ini yang bisa hidup bertahan sepanjang masa. Sudah menjadi ketentuan bahwa dunia besifat sementara dan fana (binasa). Hanyalah pencipta dunia yang baqa (kekal). Sehebat dan sekuat apapun manusia suatu saat pasti akan sampai kepada titik-titik kelemahan. Betapa banyak orang yang tadinya tampak kuat dan kekar berangsur-angsur kekuatannya melemah dan berujung kepada kematian. Berbagai faktor yang melatarbelakanginya, antara lain menurunnya daya tahan fisik atau sangat mungkin pula karena faktor usia.
Kegagahan dan kekuatan tidak bisa bertahan lama. Ambil saja contoh seorang atlet olahraga angkat besi. Ketika masih kuat, dia mampu mengangkat besi dalam timbangan yang sangat berat. Namun ada kalanya kekuatannya menurun sehingga tidak mampu lagi mengangkat besi seberat yang pernah diangkatnya pada saat memiliki kekuatan, Ketika sedang jaya-jayanya mungkin tidak terpikirkan akan adanya penurunan kekuatan. Namun ada waktunya dia tidak mampu lagi mengelak dari penurunan kekuatan dan bahkan menemukan ajal kematian.
Berbicara mengenai kematian, semua orang sudah tahu kalau dirinya akan mati. Hanya saja perasaan bahwa dia akan mengalaminya dalam waktu segera yang banyak terlalaikan oleh kebanyakan orang. Ibarat atlet di atas, ketika kuat-kuatnya tidak menyadari kalau kekuatan itu berangsur hilang. Ketika sudah cape dan tua baru sadar bahwa kekuatan manusia tidak kekal. Seperti itu pula dengan kematian. Ketika hidup sehat tidak ada kendala seolah kematian masih jauh. Tubuh sehat, kuat, kebal, anti peluru seakan jauh dari kematian, ternyata bila tiba waktunya ajalpun merenggut nyawa.
Tersebut dalam sejarah tentang kematian seorang Raja besar bernama Iskandar Zulkarnain. Dia selain seorang Raja sekaligus merupakan panglima perang yang gagah dan tangguh. Setiap negeri yang pernah berperang dengannya pasti tunduk dan menyerah. Dia memiliki pedang yang ajaib, seakan pedangnya memiliki mata sehingga dapat menyerang tepat sasaran. Kalangan muslim mengenalnya sebagai Raja penakluk. Surah Al-Kahfi ayat 83-98 mengisahkan tentang orang ini. Cerita heroic tentang kegagahannya dalam menaklukkan wilayah Timur hingga wilayah Barat.
Ketenarannya tidak sekedar di kalangan orang Islam. Kalangan Barat juga mengenalnya sebagai Raja Sang Penakluk Agung. Terinspirasi dari itu, katanya Oliver Stone seorang sutradara Amerika membuat film dengan mengangkat cerita sang penakluk hebat itu dengan judul Alexander. Ahli sejarah maupun peneliti mengakui kalau cerita dalam Al-Qur’an tentang Zulkarnain ini sesuatu yang benar dan telah nyata. Bahwa cerita ini bukan kisah fiksi, khayal atau dongeng tetapi realita. Kisah itu merupakan real history dan real story. Versi muslim, dia seorang Raja shaleh yang mengajak manusia menyembah Allah, julukannya memiliki dua tanduk artinya menguasai Barat dan Timur.
Prajurit Iskandar Zulkarnain sangat besar dan gagah berani serta memiliki persemjataan yang kuat. Ketika di medan perang Iskandar Zulkarnain adalah ahli strategi dan memiliki taktik yang jitu untuk memenagkan peperangan. Kehebatannya dalam berperang sehinggga dia berhasil menguasai seperdelapan luas bumi, hingga mendekati India. Menurut sebagian ahli tafsir, dia berasal dari Romawi yang memiliki pengetahuan bidang politik, teknik dan ilmu berperang. Waktu mudanya galau melihat dunia Barat dan Timur berperang sehingga timbul mimpinya untuk meyatukan kedua dunia tersebut.
Cerita tentang kematiannya, bahwa pada waktu berperang menaklukkan negeri India, dia sedang menyeberangi sungai Hindustan. Suatu malam dia dihinggapi dan digigit seekor nyamuk kecil. Namun akibat gigitan itu amat fatal, Raja Iskandar Zulkarnain jatuh sakit. Dia menderita demam yang hebat. Rupanya nyamuk yang menggigit itu telah membawa bibit penyakit malaria. Hari demi hari sakit Raja semakin parah. Sudah berikhtiar dengan cara berobat, tetapi tidak ada tanda-tanda penyakitnya berkurang apalagi sembuh dan malah tambah parah.
Ketika Raja merasakan semakin hari penyakitnya tidak terlihat membaik malah memburuk. Raja merasakan pula ajalnya sudah hampir tiba, maka dia memanggil orang-orang kepercayaannya. Dia berpesan kepada mereka : “Wahai para prajurit dan pengawal. Jika nanti aku meninggal dunia, masukkan jenazahku ke dalam peti mati. Harap buat lubang di kedua sisi peti itu. Kemudian julurkan kedua tanganku melalui lubang itu. Tempatkan peti matiku di dalam sebuah kereta jenazah yang terbuka. Araklah jenazahku dengan perlahan mengelilingi kota hingga Makedonia”.
“Tujuan arak-arakan tersebut agar bangsa-bangsa dapat meyaksikan sendiri bahwa Raja yang Agung, perkasa, pemenang setiap peperangan dan penakluk bangsa juga mati. Dengan kedua belah tangan menjulur dan terbuka menunjukkan kepada bangsa-bangsa kematian itu tidak membawa apa-apa. Tidak sebongkah emaspun yang digenggam dan dibawa dari harta rampasan yang begitu banyak. Mengajarkan pula kepada para Raja, Panglima dan Penguasa berikutnya agar tidak sombong dengan kekuasaan. Ujung keuasaan dan kebesaran adalah kematian yang tidak ada seorangpun mampu menghindarinya”.
Demikian pesan Raja Islkandar Zulkarnain yang Agung sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir. Pesan itu dilaksanakan oleh para Prajurit dan Pengawalnya. Betapa gagah dan perkasanya Raja yang berhasil menaklukkan bangsa-bangsa dari Barat sampai ke Timur. Dia yang begitu gagah dan kuat, penakluk semua negeri yang diperanginya, ternyata masih lemah. Tidak berdaya menghadapi serangan maut yang mencekam. Tidak ada yang bisa menolongnya dari jeratan maut walau sedang memiliki kekuasaan.
Beberapa hal yang bisa ditarik dan diambil pelajaran dari peristiwa kematian Raja di atas. Bahwa mati adalah sesuatu yang pasti terjadi pada semua orang. Tidak terkecuali baik ia penguasa atau rakyat jelata, pengusaha, kaya raya maupun miskin papa, orang pintar maupun bodoh, gagah maupun loyo. Kematian akan menjemputnya apabila sudah tiba waktunya. Termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an, kullu nafsin dzaaiqatul maut, setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian. Sudah terbukti di depan mata ada tetangga, keluarga, atasan, bawahan, sahabat dan kolega telah pergi mendahului.
Kematian sudah pasti di depan mata, tinggal menunggu saatnya. Tidak ada syarat orang mati harus tua, karena banyak yang masih muda sudah mati. Tidak pula mati itu harus ada penyakit, karena ada saja orang yang masih sehat kemudian mati. Jika demikian manusia bijak tentu waspada dan mempersiapkan amal bakti yang bisa dibanggakan di hadapan Allah ketika mati menghadap-Nya. Pelajaran dari kisah Raja di atas, dia mati dengan tangan kosong tanpa membawa sesuatu materi dunia yang telah dikumpulkan kecuali amalnya.
Sangat bijak jika manusia dalam mengukir kehidupan ini juga menyambut kematian dengan mempedomani tuntunan Nabi. “Bekerjalah kamu untuk duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya dan bermallah kamu untuk akhiratmu seolah-olah kamu mati besok hari”. Memahami hadits ini tentu sesuai konteksnya dan tidak terbalik. Bukan ketika bekerja lalu ingat mati sehingga tidak ada semangat dan ketika beramal ingat dunia sehingga tidak khusyu dan tidak ikhlas. Namun sesuai konteksnya dalam bekerja untuk membangun dunia penuh gairah dan dalam beramal akhirat penuh perhatian agar diterima Tuhan.
Meninggalnya Raja karena gigitan nyamuk. Sebagai lambang bahwa begitu mudahnya Tuhan mematikan manusia. Sebesar dan seagung seorang raja mati hanya dengan sebab gigitan makhluk kecil bernama nyamuk. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil bila Dia berkehendak pasti terjadi. Sebesar apapun keagungan yang dimiliki manusia semua akan kembali kepada kekuasaan Tuhan. Kekuasaan, kekayaan, kegagahan, kecantikan dan segala kehebatan hanyalah titipan Allah. Kehidupan dan kematian sebuah proses kompetisi mencari siapa yang terbaik prestasi amalnya.
(AF10/08/2024BPP)