KEUTAMAAN BULAN RAJAB
(Drs. H. Ahmad Fanani, M.H.)
Balikpapan | 29 Januari 2024
Bulan Rajab termasuk di antara dua belas bulan dalam kalender Islam. Dari dua belas bulan itu Rajab adalah bulan yang ke tujuh. Setiap bulannya mengandung keutamaan masing-masing. Pada beberapa literatur tulisan para Ulama terdahulu terdapat penjelasan mengenai bulan Rajab. Mulai dari asal nama Rajab, kedudukan dan keutamaannya. Bulan ini pula mengandung nilai sejarah bagi umat Islam. Peristiwa besar Isra mi’raj Nabi Muhammad SAW terjadi pada bulan Rajab. Bahkan di kalangan sebagian umat Islam ada yang menyebutnya sebagai bulan mi’raj.
Secara bahasa rajab terambil dari bentuk mashdar “at-tarjiib” yang berarti at-ta’zhiim” (keagungan atau kemuliaan). Berdasar pengertian ini berarti Allah memuliakan bulan Rajab. Ahli bahasa ada pula yang mengartikannya “al-Ashab” yaitu pencurahan. Pada bulan ini Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada semua orang yang bertaubat. Memancarkan sinar harapan bagi diterimanya setiap amalan. Ada pula yang mengaitkan Rajab dengan kata al-Asham artinya tidak terdengar. Maksudnya tidak terdengar adanya peperangan karena pada bulan ini termasuk yang dihormati dan tidak boleh berperang.
Ahli agama juga ada mengatakan Rajab adalah nama sebuah sungai di surga yang airnya lebih putih daripada susu, lebih manis dariada madu dan lebih segar daripada es. Tidak akan meminumnya kecuali orang yang berpuasa di bulan Rajab. Dari sisi lain ahli isyarat mengartikan sesuai huruf dari kata Rajab. Lafal Rajab terdiri dari tiga huruf, yaitu ra’, jiim dan ba’. Huruf ra’ berarti rahmatullah (kasih sayang Allah), jiim berarti jirmul abdi wa jinayatuhu (dosa dan pelanggaran hamba), sedangkan huruf ba’ berarti birrullah (kebaikan Allah).
Penjelasan ahli isyarat tersebut seakan mengisyaratkan kalau Allah menjadikan dosa-dosa hamba berada di antara rahmat dan kebaikan-Nya. Salah satu riwayat Nabi Muhammad menyebutkan : “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan umatku”. Isyarat dari Rajab bulan Allah berarti ada santunan Allah terhadap hamba yang menghormatinya. Mereka yang melakukan amal kebajikan di bulan ini walau dia pernah berbuat dosa, maka Allah menyantuni hamba tersebut dengan rahmat dan kebaikan-Nya.
Rajab termasuk bulan haram atau bulan yang dihormati. Tidak boleh terjadi peperangan di bulan itu. Tersebut dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ada dua belas, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram” (At-Taubah : 36). Empat bulan haram tersebut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Tiga dari bulan yang dihormati ini berurutan dan satu terpisah yaitu Rajab. Menunjukan Rajab memiliki keutamaan tersendiri. Kata Nabi, siapa yang puasa sehari di bulan Rajab karena iman dan mencari ridha Allah, pasti dia mendapat ridha Allah yang amat besar.
Bulan-bulan yang dihormati itu ada empat seperti tersebut di atas. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub”, ada sesuatu yang terhormat serba empat. Malaikat-malaikat pilihan ada empat; Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Kitab-kitab yang diturunkan kepada manusia ada empat; Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an. Anggota wudlu ada empat; muka, tangan, kepala dan kaki. Tasbih yang paling utama ada empat kalimat; subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaahaillallah dan Allahu Akbar. Khulafaur Rasyidin juga ada empat; Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
Riwayat Ad-Dailami dari Aisyah ra, Aisyah berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Allah SWT benar-benar melimpahkan kebaikan pada empat malam, yaitu malam hari Raya Idul Adha, malam hari Raya Idul Fitri, malam nisfu Sya’ban dan malam pertama bulan Rajab. Selanjutnya Ad-Dailami juga meriwayatkan dari Abu Umamah dari Rasulullah SAW beliau bersabda : “Lima malam padanya do’a tidak akan ditolak, yaitu malam pertama bulan Rajab, malam nisfu Sya’ban, malam Jum’at dan dua malam Hari Raya.
Dalam kitab itu juga Imam Gazali menukil sebuah cerita tentang kebiasaan seorang perempuan ketika memesuki bulan Rajab. Sesungguhnya ada seorang perempuan di Baitul Maqdis. Setiap bulan Rajab dia membaca surah Al-Ikhlas sebanyak dua belas ribu kali. Dia memakai kain wool di bulan Rajab. Ketika jatuh sakit dia berwasiat kepada anak lelakinya kalau dia meninggal agar pakaian tersebut dikubur bersamanya. Namun ketika ibu tersebut meninggal, anak itu tidak memperdulikan wasiatnya. Dia malah membungkus ibunya dengan kain yang baru dan lebih mahal.
Anak itu kemudian pada suatu malam bermimpi bertemu ibunya dan berkata : “Aku tidak senang padamu karena meninggalkan wasiatku”. Anak itu terbangun dan terkejut, dia mengambil wool dimaksud untuk dikubur bersama ibunya. Segera dia menggali kubur ibunya. Alangkah terkejutnya ternyata dia tidak menemukan jasad ibunya lagi. Dalam keadaan bingung dia ada mendengar panggilan Rabbani. “Tahukah Anda, sesungguhnya orang yang berbakti kepada Tuhannya di bulan Rajab, Tuhan tidak akan membiarkannya sendirian”. Jasad tersebut ternyata dipindahkan bersama jasadnya orang-orang pilihan.
Keutamaan bulan Rajab berdasarkan riwayat di atas tidak diragukan lagi. Bulan Rajab dianggap sebagai bulan yang mabruk (diberkahi) dan penuh dengan keberkahan. Umat Islam memandang bulan ini sebagai awal dari persiapan menuju bulan Ramadan yang suci. Pada bulan ini pula umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan doa. Berharap adanya perubahan besar ke arah yang lebih baik. Meyakini sepenuhnya bahwa doa-doa terbaik yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas memiliki daya makbul lebih besar dari Allah SWT.
Setibanya bulan Rajab ini umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Ibadah tersebut berupa shalat, puasa sunnah, bershalawat kepada Nabi, membaca Al-Qur'an, dan berbagai amalan baik lainnya termasuk ibadah sosial kemasyarakatan. Menghias diri dengan amalan tersebut sebagai bagian dari memanfaatkan keutamaan bulan Rajab. Seorang hamba yang merasakan kekurangan dalam beramal tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hal ini juga sebagai persiapan mental menghadapi kedatangan bulan Ramadhan.
Meskipun bulan Ramadhan masih dua bulan lagi, tetapi menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk membersihkan diri, bertobat, dan meningkatkan ketakwaan. Bulan Rajab juga dianggap sebagai waktu yang baik untuk meminta ampun kepada Allah SWT dengan bertaubat dan beristighfar. Berdzikir menambah daya ingatan bahwa hidup ini akan menuju satu titik kebahagiaan abadi. Berdo’a memperkuat harapan agar hidup ini selalu dalam lindungan dan bimbingan-Nya. Bertawakkal mempasrahkan diri bahwa semua yang terjadi mengandung hikmah dan kebaikan.
Keutamaan bulan Rajab kiranya berkesan dalam diri. Keberkahannya sangat tergantung pada kemampuan memanfaatkan moment ini. Semakin bulan Rajab diisi dengan hal-hal yang bernuansa kebajikan maka keberkahannya akan selalu terasa. Nikmat umur dan rejeki berlimpah berkah. Hasil karya menjadi kenangan yang tidak sia-sia. Amal bakti sebagai bekal masa mendatang. Do’a ajaran Nabi menjadi spirite untuk menggapai semua harapan. “Allahumma baarik lana fi Rajaba wa Sya;baana wa ballighnaa Ramadhana”, ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikan usia kami ke bulan Ramadhan.
(AF29/01/2024BPP)