Written by Super User on . Hits: 53867

     

BURAQ ISRA MI’RAJ

(Drs. H. Ahmad Fanani, M.H.)

       

Balikpapan | 03 Februari 2024

Suatu peristiwa yang spektakuler telah menggamparkan jagad raya. Peristiwa itu terjadi empat belas abad silam yaitu Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Bangsa Arab Quraisy saat itu masih jauh dari peralatan transportasi modern. Sarana transportasi serba tradisional. Jika masyarakat bepergian ke mana-mana dengan berjalan kaki dan jika perjalanan jauh dengan menggunakan kuda atau unta. Lazimnya mereka menjadikan unta sebagai alat transportasi sehingga memakan waktu yang cukup lama, berhari-hari bahkan berbulan-bulan baru sampai tujuan.

 

Mengingat kondisi zaman seperti ini, ketika Nabi Muhammad menceritakan peristiwa Isra Mi’raj tentu bangsa Arab sulit untuk menerima dan membenarkannya. Logika perjalanan saat itu dari Makkah ke Palestina saja memakan waktu satu bulan berangkat dan satu bulan kembali. Sementara perjalanan Isra Mi’raj pulang pergi hanya dalam waktu satu malam. Jarak tempuh milyaran kilometer dari Makkah ke Palestina hingga naik ke puncak langit ke tujuh. Lagi pula bukan perjalanan menoton tetapi sering menyinggahi beberapa tempat baik saat di bumi maupun sesudah berada di langit.

 

Perjalanan yang sangat agung ini tentu harus menggunakan alat transportasi yang istimewa dan luar biasa. Hal ini sangat penting mengingat rute serta persinggahan yang dilewati adalah tempat yang saling berjauhan satu sama lain beratus-ratus kilo jaraknya. Jika menggunakan kenderaan tradisional yang ada saat itu tentu menjadi hal yang mustahil. Walau zaman saat itu masih tradisional tetapi perangkat yang digunakan melebihi perangkat di zaman canggih dan modern saat ini. Kendaraan yang dipakai oleh baginda Rasulullah selama Isra dan Mi’raj disebut dengan buraq.

 

Abu Al-Barakat Sayyidi Ahmad Ad-Dardir dalam kitab Dardir bahwa setelah terjadi operasi pembersihan fisik dan jiwa Nabi oleh Malaikat Jibril, tsumma uutiya bil buraaq, selanjutnya Nabi Muhammad disediakan kenderaan buraq. Buraq adalah sejenis hewan yang berbulu putih, tinggi melebihi Himar dan lebih pendek dari Bighal. Sekali melangkahkan kakinya, meluncur sejauh mata memandang. Kedua telinganya selalu bergerak-gerak. Saat naik gunung, kedua kakinya yang belakang memanjang. Dan saat turun gunung, kedua kakinya yang depan memanjang.

 

Buraq Isra Mi’raj itu memiliki sepasang sayap di kedua pupunya. Kedua sayap itu berfungsi untuk membantu kecepatan larinya. Dalam syarah Dardir, Najamuddin Al-Ghaithy menjelaskan pengertian buraq. Kata itu terambil dari “al-bariiq” yang berarti sangat putih. Sebuah warna yang sangat elegan memiliki warna berkilat dan mengkilau cahaya. Bisa pula kata buraq dari kata “al-barq”, yang berarti kilat. Melihak kepada kecepatan gerak kenderaan ini menuju sasaran cepatnya secepat kilat. Buraq binatang surga yang sengaja Allah kirim untuk Nabi Muhammad. Hal ini untuk memberikan kehormatan dan keangungan kepada beliau.

 

Sejenak buraq itu berjingkrak-jingkrak gembira melakukan atraksi untuk mempertontonkan kekuatannya. Lantas Jibril meletakkan kedua tangannya tepat di kepala Buraq dan berkata: “Tidakkah kamu malu, wahai Buraq? Demi Allah! Orang yang hendak menaikimu ini adalah orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT.” Buraq kemudian tersipu malu hingga keringatnya berkucuran laksana rerintik hujan. Dia akhirnya tenang dan Nabi dengan mudah menaikinya. Buraq itu sebenarnya sudah pernah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabiullah Muhammad SAW.

 

Buraq dalam kisahnya menangis karena kerinduan ingin bertemu Nabi seperti dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Laits As-Samarqandi. Malam 27 Rajab, Malaikat Jibril dan Izrail mendapat perintah Allah agar bertasbih dan tidak mencabut nyawa pada malam tersebut. Jibril bertanya: "Ya Allah, apakah Hari Kiamat telah tiba?" Allah Ta'ala berfirman: "Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Surga dan ambillah Buraq dan kemudian temui Nabi Muhammad bersama Buraq itu". Kemudian Jibril pergi dan melihat 40.000 buraq sedang bersenang-senang di taman Surga.

 

Di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Jibril melihat seekor Buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibril menghampiri Buraq itu lalu bertanya: "Mengapa engkau menangis wahai Buraq?" Buraq itu berkata: "Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun. Maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku menjadi rindu kepadanya sehingga tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan". Jibril berkata: "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu".

 

Kemudian Jibril memakaikan pelana dan kekang kepada Buraq itu dan membawanya kepada Bagina Nabi. Dalam riwayat lain disebutkan, ketika Jibril melihat seluruh Buraq, ia mendapati satu Buraq duduk menyendiri menjauh dari yang lain. Buraq itu menangis dan tangisannya terbentuk sungai mutiara yang indah yang mengalir deras dari matanya yang merupakan tangisan cinta dan kerinduan. Jibril mendekati Buraq itu dan berkata: "Semua Buraq lain bershalawat memuji Nabi Muhammad dengan gembira, tetapi mengapa kau di sini sendirian menangis, apa yang membuat kau menangis?

 

Buraq itu berkata: "Ketika Allah menciptakan Buraq dan memberi tahu kami bahwa salah satu dari kami akan membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka semenjak hari itu aku menangis tak pernah berhenti." Aku pun berdoa kepada Allah: "Ya Rabb, hatiku terbakar karena cintaku kepada Nabi Muhammad dan aku memohon kepada-Mu untuk menjadi Buraq yang membawa Nabi Muhammad ke Surga-Mu." Jibril berkata: "Kalau begitu kaulah yang aku pilih untuk membawa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Pada saat itu pula air mata Buraq itu berhenti menangis karena rasa bahagia bahwa ia akan membawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam."

 

Dari puluhan ribu Buraq, Allah memilih Buraq tersebut menjadi Buraq yang mulia karena membawa Rasulullah dalam perjalanan Isra' dan Mi’raj pada malam 27 Rajab. Ketika melakukan perjalanan Isra' Mi’raj, Rasulullah didampingi Malaikat Jibril yang berada di sebelah kanannya, sedangkan Mikail di sebelah kirinya. Ibnu Sa'ad berkata bahwa yang memegang pelananya adalah Jibril, dan yang memegang tali kekangnya adalah Mikail. Buraq tersebut menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menembus tujuh lapis langit hingga sampai di Sidratul Muntaha.

 

Mengenai bentuk fisik buraq tersebut riwayat dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda ‘Maka, (Jibril) mengambil tanganku serta mengeluarkanku dari masjid. Ketika itu aku melihat Buraq, pipinya bagaikan pipi manusia, ekornya bagaikan ekor unta dewasa, jambulnya bagaikan jambul kuda, kaki-kakinya bagaikan kaki unta, kuku-kukunya bagaikan kuku sapi, dadanya bagaikan batu permata yaqut, punggungnya bagaikan intan putih, ia dikenakan pelana dari pelana-pelana surga, ia memiliki dua sayap di kedua pahanya, ia berlari bagaikan kilat.”

 

Bukti kebenaran Isra Mi’raj menggunakan buraq sampai saat ini masih ada. Informasi yang bisa kita akses bahwa di sebelah barat Masjid Al-Aqsha Palestina terdapat “Tembok Buraq” sebagai jejak Jibril bersama Rasulullah mengikat buraq. Sinkron dengan sabda beliau : “Ketika kami telah sampai di Baitul Maqdis, Jibril menunjuk dengan tangannya, maka terbakarlah sebuah batu dan ia mengikat Buraq dengannya,” Hanya saja tembok buraq ini oleh Israil dijadikan sebagai tempat ritual orang Yahudi dan disebut tembok ratapan. Mereka pada waktu tertentu meletakkan kertas-kertas ritual di celah-celah tembok tersebut.

 

Buraq Isra Mi’raj sebagai sarana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan suci. Hewan surga ini jelas kehebatannya melebihi peralatan transportasi super canggih sekalipun. Mampu berlari kencang dan terbang ke luar ruang angkasa secepat kilat tanpa hambatan. Isra Mi’raj membuka cakrawala berpikir untuk mengembangkan komunikasi dan transportasi. Jika ukuran Isra Mi’raj menggunakan rasio jahiliyah wajar Abu Jahal beserta kroninya tidak percaya. Tetapi jika8 menggunakan rasio iman seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq dan lainnya, Isra Mi’raj sangat benar kejadiannya.

 

 

 

(AF03/02/2024BPP)

 

Hubungi Kami

Pengadilan Agama Balikpapan

Jalan Kol. H. Syarifuddin Yoes No.1
Kel. Sepinggan Baru
Kec. Balikpapan Selatan
Kota Balikpapan - 76114
Provinsi Kalimantan Timur
Telp: 0542 - 7219469
Fax: 0542 - 7219469
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

lokasi Peta Kantor

© Copyright : Tim IT Pengadilan Agama Balikpapan | 2023